Rabu, 2 Jun 2010

PETIKAN DARI TULISAN HASAN AL-BANNA

Jiwa yang Harus – Lebih Dahulu – Berubah

Tsaqafah Islamiyah
28/3/2008 | 21 Rabbi al-Awwal 1429 H | 1,396 views
Oleh: Asy-Syahid Hasan Al-Banna
Penterjemah: Abu Ahmad

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah –nasib- suatu kaum, sehingga mereka yang mau mengubah jiwa mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11).
Disaat Allah menurunkan Al-Quran kepada nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, lalu Nabi saw membacakannya dihadapan bangsa ara, sehingga membuat jiwa mereka seakan tersihir, sehingga pengaruhnya mampu merasuk ke dalam lubuk hati, meresap ke dalam setiap pensendian, mengalir dalam denyut nadi dan melekat dalam ruh dan jiwa, sehingga Allah SWT berkenan mengubah umat tersebut dengan bentuk yang lain, dan memiliki perbedaan yang sangat besar antara bangsa arab saat jahiliyah dengan bangsa arab setelahnya, setelah mendapatkan hidayah Islam.
Al-Quran telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam jiwa kaum musyrikin dan orang-orang beriman secara bersamaan, walaupun pengaruh yang terdapat dalam jiwa orang-orang musyrik hanyalah temporer dan negative. Ada diantara mereka yang lari darinya, dan ada yang membuat penghalang antara mereka dengannya, sebagian mereka berkata kepada yang lainnya : “Janganlan kalian mendengarkan dengan seksama Al-Quran ini dan buatlah menjadi rancu dan simpang siur sehingga kalian mampu mengalahkan mereka”. (Fushilat:26)
Namun orang-orang yang beriman mereka menyimak setiap ucapan dari kalam Allah dan mengikuti yang baik-baik, mereka adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang berakal, pengaruh Al-Quran dalam diri mereka selalu positif, saat pergantian, perubahan dan peralihan dari satu kondisi ke kondisi yang lain, bahkan mampu mendorong mereka pada prilaku yang terbaik dan kerja yang konkret.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلْ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun”. (Az-Zumar:23)
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui”. (Az-Zumaar:39)
Al-Quran yang selalu kita baca dan kita dengar dan menjadi wirid harian kita, apakah memberikan pengaruh pada suatu perubahan dan mencetak akhlak pada yang terbaik, serta mengkondisikan hati-hati kita sebagaimana yang mampu diraih oleh pada salafus shalih sebelum kita?
Namun ironinya tidaklah demikian wahai para ikhwan, kita sering membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang indah, kata-kata dan seni suara yang beragam indahnya, kemudian setelah itu tidak ada sedikitpun yang membekas kecauali ini (kepuasan suara yang indah), padahal Al-Quran penuh dengan pelajaran dan nilai mulia, seperti arus yang mengalir deras. Namun antara kita dengannya ada hijab, karena itu kita tidak mendapatkan gambaran dari naskah pertama yang dapat memberikan pengaruh dan merubah jiwa kita menjadi yang terbaik, kita saat ini menginginkan tauladan dari para salaf, menginginkan kebangkitan baru dalam jiwa setiap muslim dan umat Islam sehingga menjadi umat Al-Qur’an dan negera –bensendikan- Al-Qur’an.
Apakah kita menjalin komunikasi dengan Al-Qur’an secara intens sehingga mampu membersihkan ruh kita dan merubah jiwa kita menjadi yang terbaik?
Kita saat ini sedang terpengaruh dengan dunia dan terlalu cinta dengannya hingga keseluruh hati dan jiwa kita. Apakah kita pernah mendengar firman Allah SWT yang Maha Tinggi dan Agung :
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (At-taubah:24).
Dan firman Allah :
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al-A’la:16-17).
Dan juga firman Allah:
مَا عِنْدَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”. (An-Nahl:96).
Padahal seharusnya kita lebih sering terpengaruh dengan apa yang ada disisi Allah daripada apa yang ada dalam jiwa-jiwa kita, dan berambisi untuk mencapai ridha Allah, mengharap ganjaran-Nya yang berlimpah, dan tidak mengeluh terhadap apa yang menimpa kita dalam mengarungi jalan kebenaran yang telah diamanahkan oleh Allah, terutama berbagai siksaan yang menimpa jiwa dan harta kita, dan tidak akan menimpa kita suatu musibah kecuali telah ditulis dan ditentukan oleh Allah kepada kita, dan tidak akan menimpa kita suatu musibah kecuali ada dibaliknya kebaikan:
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ. إِنَّمَا ذَلِكُمْ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِي إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (Ali Imran:174-175)
Kita memandang suatu sebab pandangan sebagai sesuatu yang penting, namun mengacuhkan akan hisab kita terhadap kehendak yang Maha Tinggi dan Maha Besar, menolong para pemimpinnya dari arah yang tidak mereka duga dan sangka, mendukung mereka terhadap apa yang disadari oleh manusia atau tidak disadari, karena Allah SWT berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (At-thalaq:2-3).
Dan firman Allah:
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمْ الْوَارِثِينَ . وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الأَرْضِ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi” (Al-Qashash:5-6)
Dan lain sebagainya dari ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan tentang penyerahan segala perkara kepada Allah baik sebelum kejadian ataupun sesudahnya.
Apakah berubah jiwa kita melalui wahyu rabbani ini yang kit abaca dan kita simak, janji-janji qur’ani, kitab yang diturunkan dari langit, sehingga kita menjadi lebih percaya dan imani terhadap apa yang ada ditangan Allah daripada apa yang ada digenggaman kita?!.
Kadang kita murka dan marah terhadap suatu sebab, bahkan melakukan pemutusan dan makar dengan ada sebab atau tanpa sebab, kita terpecah belah oleh karena perbedaan pendapat, keinginan, syahwat, perseteruan dan dunia, padahal hiasan dunia pasti akan hilang, sedangkan wahm dan angan-angan kebanyakannya adalah bathil, dan tujuan yang gagal pasti akan sirna, sementara itu Allah berfirman :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara”. (Ali Imran:103)
Dan firman Allah :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya, hanyalah orang-orang yang beriman yang bersaudara”. (Al-hujurat:10)
Dan firman Allah :
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Dan orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, satu sama lainnya saling membantu dan menolong”. (At-taubah:71)
Maka apakah kita mendapatkan pengaruh dengan khitab Al-Qur’an yang mulia sehingga melupakan kedengkian dan kebencian, dan membersihkan jiwa-jiwa dan dada-dada kita, bersatu dalam satu kalimat Allah dan menjadi saudara karena Dzat-Nya, saling mencintai dengan ruh-Nya, dan saling tolong menolong berharap ridha-Nya, karena sesungguhnya Allah SWT berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ. إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ.فَمَنْ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْعَادُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ لأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ. وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ. أُوْلَئِكَ هُمْ الْوَارِثُونَ. الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya”. (Al-Mu’minun:1-11)
Maka dimanakah posisi kita dari sifat-sifat yang mulia dan karakter yang indah seperti yang telah digambarkan oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman.
Tunduk dan khusyu’ dalam shalat dan menjaga atasnya, menjauhkan perkataan yang melalaikan, beraktivitas untuk menghindar dari apa yang tidak bermanfaat dan berfaedah; baik yang kecil ataupun yang besar, menunaikan zakat; zakat fitrah, zakat maal untuk memberikan jaminan bagi kelompok yang harus dilindungi, membersihkan harta, mencegah fitnah dan berbuat baik kepada para fuqoro dan miskin.
Menjaga kemaluan dan memeliharanya dari perbuatan yang tidak halal, dan menjaga semua anggota tubuh dari hal-hal yang berhubungan dengannya; mata, telinga, mulut, hidung, tandan dan kaki. Menjaga kemaluan untuk kesucian perasaan, ketinggian ruh, kebersihan jiwa dan menjaga kehormatan, menghadang syaitan, mendapatkan ridha dari yang Maha Kasih, menunaikan amanah, memenuhi janji dan melaksanakan untuk kebenaran, mempersiapkan jiwa, memperbanyak ketsiqohan, menegakkan untuk keseimbangan saling mengenal dan saling tolong sesama manusia.
Dimana posisi kita saat ini dari sifat dan karakter yang disebutkan Al-Quran, yang telah mencetak generasi yang beriman dan jujur, dan yang telah menelurkan para ulama salaf, sehingga mereka menjadi sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia?!
Demikianlah contoh dari ajaran-ajaran yang mampu mencetak jiwa ulama salaf, sehingga selayaknya mereka dijadikan sebagai cermin dan cahaya yang bersinar terang benderang untuk umat manusia seluruhnya, dan sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus.
Apakah jiwa-jiwa kita mampu berubah sehingga dapat merubah kondisi, keadaan dan lingkungan serta masyarakat kita?
Ya Allah kabulkan permohonan kami dan terimalah serta jawablah seruan kami… amin

Tiada ulasan:

Related Posts with Thumbnails

UKHUWAH FILLAH

UKHUWAH FILLAH